DEDUKTIF
Pengertian dari paragraf deduktif, yaitu sebuah
paragraf yang berpola dari umum ke khusus, artinya paragraf yang didahului
dengan kalimat umum kemudian dikembangkan dengan beberapa kalimat penjelas.
Ciri-ciri Paragraf Deduktif
1. Kalimat utama berada di awal paragraf
2. Kalimat utama disusun dari pernyataan umum yang
kemudian disusul dengan penjelasan
Contoh :
- Kebersihan sangat menjadi masalah di sekolah. Ini terjadi karena banyak murid-murid yang tidak sadar akan kebersihan. Padahal “Kebersihan adalah sebagian dari iman”.
- Pos kesehatan di pasar itu memang di khususkan melayani pedagang dan pembeli. Pedagang tidak akan khawatir meninggalkan dagangannya karena haanya berobat masih di kawasan pasar. Mereka dapat antre saat sepi pembeli. “Kebanyakan periksa gula darah dan rematik, mayoritas pasiennya berusia tua,” papar Siti.
- Maka dari itu saya sangat setuju dengan adanya kegiatan kerja bakti seminggu sekali. Karena, jika lingkungan hidup bersih maka kita juga akan sehat. Maka dari itu, kegiatan kerja bakti sangat penting di lingkungan sekolah.
SILOGISME
KATEGORIAL
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan
secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah
konklusi (kesimpulan).
Jenis-jenis Silogisme
Berdasarkan bentuknya, silogisme terdiri dari;
Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial adalah silogisme yang semua
proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung silogisme disebut
dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang
termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi
subjek). Yang menghubungkan di antara kedua premis tersebut adalah term
penengah (middle term).
Contoh:
Semua
tumbuhan membutuhkan air. (Premis Mayor)
Akasia
adalah tumbuhan (premis minor).
∴
Akasia membutuhkan air (Konklusi)
Hukum-hukum Silogisme Katagorik.
Apabila salah satu premis bersifat partikular, maka
kesimpulan harus partikular juga.
Contoh:
Semua yang
halal dimakan menyehatkan (mayor).
Sebagian
makanan tidak menyehatkan (minor).
∴
Sebagian makanan tidak halal dimakan (konklusi).
Apabila salah satu premis bersifat negatif, maka
kesimpulannya harus negatif juga.
Contoh:
Semua
korupsi tidak disenangi (mayor).
Sebagian
pejabat korupsi (minor).
∴
Sebagian pejabat tidak disenangi (konklusi).
Apabila kedua premis bersifat partikular, maka tidak
sah diambil kesimpulan.
Contoh:
Beberapa
politikus tidak jujur (premis 1).
Bambang
adalah politikus (premis 2).
Kedua premis tersebut tidak bisa disimpulkan. Jika
dibuat kesimpulan, maka kesimpulannya hanya bersifat kemungkinan (bukan
kepastian). Bambang mungkin tidak jujur (konklusi).
Apabila kedua premis bersifat negatif, maka tidak
akan sah diambil kesimpulan. Hal ini dikarenakan tidak ada mata rantai yang
menhhubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpulan dapat diambil jika salah
satu premisnya positif.
Contoh:
Kerbau
bukan bunga mawar (premis 1).
Kucing
bukan bunga mawar (premis 2).
Kedua premis tersebut tidak mempunyai kesimpulan
Apabila term penengah dari suatu premis tidak tentu,
maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Contoh; semua ikan berdarah dingin.
Binatang ini berdarah dingin. Maka, binatang ini adalah ikan? Mungkin saja binatang
melata.
Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten
dengan term redikat yang ada pada premisnya. Apabila tidak konsisten, maka
kesimpulannya akan salah.
Contoh:
Kerbau
adalah binatang.(premis 1)
Kambing
bukan kerbau.(premis 2)
∴
Kambing bukan binatang ?
Binatang pada konklusi merupakan term negatif
sedangkan pada premis 1 bersifat positif
Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis
mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna ganda kesimpulan menjadi
lain.
Contoh:
Bulan itu
bersinar di langit.(mayor)
Januari
adalah bulan.(minor)
∴
Januari bersinar dilangit?
Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term
subjek, predikat, dan term, tidak bisa diturunkan konklsinya.
Contoh:
Kucing
adalah binatang.(premis 1)
Domba adalah
binatang.(premis 2)
Beringin
adalah tumbuhan.(premis3)
Sawo adalah
tumbuhan.(premis4)
Dari premis tersebut tidak dapat diturunkan
kesimpulannya
SILOGISME
HIPOTESIS
Silogisme hipotetik adalah argumen yang premis
mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi
katagorik. Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotetik:
Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui
bagian antecedent.
Contoh:
Jika hujan
saya naik becak.(mayor)
Sekarang
hujan.(minor)
∴
Saya naik becak (konklusi).
Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui
bagian konsekuennya.
Contoh:
Jika hujan,
bumi akan basah (mayor).
Sekarang
bumi telah basah (minor).
∴
Hujan telah turun (konklusi)
Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari
antecedent.
Contoh:
Jika
politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
Politik
pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa.
∴
Kegelisahan tidak akan timbul.
Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari
bagian konsekuennya.
Contoh:
Bila
mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah.
Pihak
penguasa tidak gelisah.
∴
Mahasiswa tidak turun ke jalanan.
Hukum-hukum Silogisme Hipotetik Mengambil konklusi
dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorik.
Tetapi yang penting menentukan kebenaran konklusinya bila premis-premisnya
merupakan pernyataan yang benar. Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan
konsekuen dengan B, maka hukum silogisme hipotetik adalah:
Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana.
(tidak sah = salah)
Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah =
salah)
Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.
SILOGISME
ALTERNATIF
Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri
atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila
premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya akan
menolak alternatif yang lain. Contoh:
Nenek Sumi
berada di Bandung atau Bogor.
Nenek Sumi
berada di Bandung.
∴
Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
Reff :
0 komentar:
Posting Komentar