Induksi adalah suatu proses berfikir yang bertolak
dari satu atau sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu kesimpulan
(inferensi). Proses penalaran ini mulai bergerak dari penelitian dan evaluasi
atas fenomena-fenomena yang ada. Karena semua fenomena harus diteliti sebelum
melangkah lebih jauh ke proses penalaran induktif, maka proses penalaran itu
juga disebut sebagai suatu corak berpikir yang ilmiah. Induksi tidak akan
banyak manfaatnya kalau tidak diikuti oleh proses berpikir yang kedua, yaitu
deduksi yang akan dibahas pada bab berikutnya.
Proses penalaran yang induktif dapat dibedakan lagi
atas bermacam-macam variasi yang berturut-turut akan dikemukakan dalam
bagian-bagian berikut yaitu : generalisasi, hipotese dan teori analogi
induktif, kausal dan sebagainya.
1.
Generalisasi
Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang
bertolak dari sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu inferensi
yang bersifat umum yang mencakup semua fenomena tadi. Generalisasi hanya akan
mempunyai makna yang penting, kalau kesimpulan yang diturunkan dari sejumlah
fenomena tadi bukan saja mencakup semua fenomena itu, tetapi juga harus berlaku
pada fenomena-fenomena lain yang sejenis yang belum diselidiki. Generalisasi
dapat dibedakan menjadi generalisasi yang berbentuk loncatan induktif dan bukan
loncatan induktif.
- Loncatan induktif
Adalah sebuah generalisasi yang bersifat loncatan
induktif tetap bertolak dari beberapa fakta, namun fakta yang ada belum
mencerminkan seluruh fenomena yang ada.
- Bukan loncatan induktif
Adalah sebuah generalisasi tidak mengandung loncatan
induktif bila fakta-fakta yang diberikan cukup banyak dan meyakinkan, sehingga
tidak terdapat peluang untuk menyerang kembali.
2.
Hipotese dan Teori
Generalisasi dan hipotese memiliki sifat yang
tumpang tindih, namun membedakan kedua istilah tersebut sangat perlu. Hipotese
(hypo ‘di bawah’, tithenai ‘menempatkan’) adalah semacam teori atau kesimpulan
yang diterima sementara waktu untuk menerangkan fakta-fakta tertentu sebagai
penuntun dalam meneliti fakta-fakta lain lebih lanjut. Dan sebaliknya, teori
sebenarnya merupakan hipotese yang secara relatif lebih kuat sifatnya bila
dibandingkan dengan hipotese. Teori adalah azas-azas yang umum dan abstrak yang
diterima secara ilmiah dan sekurang-kurangnya dapat dipercaya untuk menerangkan
fenomena-fenomena yang ada. Sedangkan hipotese merupakan suatu dugaan yang
bersifat sementara mengenai sebab-sebab atau relasi antara fenomena-fenomena,
sedangkan teori merupakan hipotese yang telah diuji dan yang dapat diterapkan pada
fenomena-fenomena yang releven atau sejenis.
3.
Analogi induktif
Analogi adalah suatu proses penalaran yang bertolak
dari dua peristiwa khusus yang mirip satu sama lain, kemudian menyimpulkan
bahwa apa yang berlaku untuk suatu hal akan berlaku pula untuk hal yang lain.
4.
Hubungan kausal
Hubungan antara sebab dan akibat (hubungan kausal)
didalam dunia modern ini, kadang-kadang tidak mudah diketahui. Tetapi itu tidak
berarti bahwa apa yang dicatat sebagai suatu akibat tidak mempunyai sebab sama
sekali. Pada umumnya hubungan kausal ini dapat berlangsung dalam tiga pola
berikut : sebab ke akibat, akibat kek sebab, dan akibat ke akibat.
5.
Induksi dalam metode Eksposisi
Sebagai telah dikemukakan diatas, untuk menetapkan
apakah data dan informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus
diadakan penelitian, apaka data dan informasi itu merupakan kenyataan atau yang
sungguh-sungguh terjadi. Pada tahap selanjutnya pengarang atau penulis perlu
mengadakan penilaian selanjutnya, guna memperkuat fakta yang akan digunakan
sehingga memperkuat kesimpulan yang akan diambil. Dengan kata lain, perlu
diadakannya seleksi untuk menentukan fakta mana yang akan dijadikan evidensi.
a.
Konsistensi
Dasar pertama yang dapat dipakai untuk menetapkan
fakta mana yang akan digunakan sebagai evidensi adalah kekonsistenan. Sebuah
argumentasi akan kuat dan mempunyai tenaga persuasif yang tinggi, kalau
evidensi-evidensinya bersifat konsisten, tidak ada satu evidensi bertentangan
atau melemahkan evidensi lainnya.
b.
Koheresi
Dasar kedua yang dapat dipakai untuk mengadakan
penelitian fakta yang dapat dipergunakan sebagai evidensi adalah masalah
koherensi. Semua fakta yang akan digunakan sebagai evidensi harus koheren
dengan pengalaman-pengalaman manusia, atau sesuai dengan sikap yang berlaku.
Penulis harus dapat meyakinkan para pembaca untuk dapat setuju, atau menerima
fakta-fakta dan jalan pikiran yang kemukakannya, maka secara konsekuen pula
pembaca harus menerima hal lain, yaitu konklusinya.
Reff :
0 komentar:
Posting Komentar